Yayasan Tifa menyelenggarakan pertemuan tahunan bersama para mitranya dari seluruh Indonesia pada tanggal 16 sampai 18 Oktober 2018 di Bogor, Jawa Barat. Melalui pertemuan itu, Yayasan Tifa memberikan peningkatan kapasitas kepada 37 organisasi masyarakat sipil saat ini tengah menjalankan kemitraan dan pengelolaan dana hibah bersama Tifa. Ini merupakan salah satu bentuk upaya Tifa membangun kemitraan yang setara.
Seperti pelaksanaan temu mitra pada tahun-tahun sebelumnya, 2016 dan 2017, pada hari pertama dan kedua pelaksanaan acara tersebut, forum ditujukan untuk mendiseminasikan beragam prosedur pengelolaan dana hibah kepada mitra, mulai dari informasi siklus dan tahapan pengelolaan dana hibah hingga mekanisme pencegahan praktik curang (fraud). Tak berhenti pada kegiatan berbagi informasi, Yayasan Tifa menjadikan pertemuan itu sebagai wadah belajar bagi para mitra, khususnya dalam merencanakan anggaran dan menyusun laporan keuangan. Lebih lanjut, Yayasan Tifa mengundang konsultan pajak untuk memberi pemahaman lebih kepada para mitra mengenai seluk beluk aspek perpajakan bagi tata kelola organisasi nirlaba.
Selain dari sisi keuangan, Yayasan Tifa juga memberikan peningkatan kapasitas kepada para mitra dalam perencanaan dan pelaporan pelaksanaan program. Yayasan Tifa mengajak para mitranya untuk belajar kembali proses merancang kerangka logis program dan memetakan pihak-pihak yang mungkin terlibat di dalamnya, sekaligus mengidentifikasi tantangan dan peluangnya. Yayasan Tifa juga memberi ruang bertukar pengetahuan mengenai strategi pelaksanaan serta pembelajaran setiap program.
Meski pembahasan di dalam pertemuan dari tahun ke tahun tak banyak berbeda, Yayasan Tifa menemukan perubahan positif dari para mitranya yang berkontribusi pada perbaikan tata kelola dana hibah organisasi. Direktur Eksekutif Yayasan Tifa Darmawan Triwibowo pada pembukaan acara menyebutkan bahwa hanya ada sepuluh organisasi mitra yang mengajukan permohonan perpanjangan pelaksanaan program, turun dari 18 organisasi pada tahun 2017 dan 33 organisasi pada tahun 2016. “Penurunan ini menunjukkan bahwa kemampuan para mitra Yayasan Tifa dalam melakukan perencanaan program meningkat sehingga tidak memerlukan perpanjangan waktu,” ujarnya.
Darmawan menuturkan, hasil positif pelaksanaan temu mitra juga terlihat dari menurunnya jumlah dana hibah yang tak terpakai. Pada tahun 2018, jumlah anggaran program tak terpakai sebesar Rp. 1,037,937,412, berkurang dari Rp. 2,004,751,901 pada tahun 2017 dan Rp. 2,373,855,199 pada tahun 2016.
Tak hanya menjadikan acara temu mitra sebagai ajang diseminasi prosedur dan peningkatan kapasitas mitra, pada hari ketiga acara temu mitra, Yayasan Tifa mengundang Nezar Patria, Pemimpin Redaksi Jakarta Post dan Faisal Rachman, Ekonom dari Bank Mandiri untuk memberikan perspektif baru mengenai profil dan kecenderungan situasi politik dan ekonomi indonesia pada tahun 2019. Yayasan Tifa juga memberikan kesempatan kepada para mitra untuk menyampaikan pandangan dan bertanya mengenai isu tersebut.
Yayasan Tifa juga membuka ruang diskusi bersama mitra mengenai permasalahan dalam beberapa isu seperti ketimpangan dan demokratisasi tata kelola ekonomi, perluasan praktik demokrasi, perlindungan pegiat hak asasi manusia dalam resiko, kesetaraan dan penghapusan diskriminasi terhadap kelompok minoritas, keadilan transisi, dan pemberdayaan hukum. Masukan dari para mitra mengenai persoalan beserta tantangan dan peluang isu-isu itu kemudian akan Yayasan Tifa gunakan untuk menyusun rencana kerja organisasi pada tahun 2019.
Darmawan menegaskan, pertemuan mitra tahunan ini adalah kebutuhan dan bukan sekedar rutinitas yang sia-sia. Ia percaya, peningkatan kapasitas mitra dan pelibatan mereka dalam perencanaan program melalui kegiatan temu mitra berpengaruh pada pencapaian kerja-kerja Yayasan Tifa. Ia juga yakin, pertemuan ini adalah kontribusi dan bentuk komitmen Yayasan Tifa mendukung keberlanjutan kerja-kerja organisasi masyarakat sipil di Tanah Air.