Bagaimana pemuda Indonesia memaknai hak asasi manusia (HAM)? Hal inilah yang hendak dijelalahi lebih jauh oleh Omah Munir.
Dalam menyambut peringatan Hari HAM Internasional yang jatuh pada tanggal 10 Desember, atas dukungan Yayasan Tifa, Omah Munir menyelenggarakan lomba debat tingkat SMA/MA/SMK dengan tema “Menyimak Munir, Mendalami Hak Asasi Manusia” di Malang pada tanggal 4 dan 8 Desember 2016.
Konsep HAM sebenarnya bukanlah hal asing bagi pelajar Indonesia. Namun, implementasi HAM di lapangan masih merupakan hal baru bagi mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perkumpulan Pamflet dan Yayasan Tifa terhadap 300 pelajar SMA/SMK di tiga kota, Jakarta, Bandung, dan Palu, mayoritas pelajar mengetahui HAM sebatas definisi yang diajarkan di sekolah. Mereka juga kesulitan memahami makna HAM yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana membedakan antara pelanggaran HAM dengan tindak kriminal.
Sebagai penerus bangsa, pemuda memiliki peran penting dalam memajukan dan mendorong terwujudnya pemenuhan HAM serta memperkuat demokrasi di Indonesia. Untuk itu, diskusi mengenai HAM secara fundamental pun perlu dilakukan sehingga pemuda memiliki keberpihakan terhadap kelompok masyarakat yang lemah dan rentan terhadap pelanggaran HAM.
Untuk informasi lebih jauh mengenai lomba debat HAM tersebut, simak siaran pers* Omah Munir selengkapnya di bawah ini.
Siaran Pers
Menyimak Munir, Mendalami Hak Asasai Manusia
Sebuah Lomba Debat HAM untuk SMA/MA/SMK
Menyambut peringatan hari HAM sedunia, yang juga bertepatan dengan tiga tahun berdirinya Omah Munir pada Desember ini, Omah Munir menyelenggarakan lomba debat hak asasi manusia (HAM) bagi siswa SMA/MA/SMK. Lomba debat dipilih sebagai bagian dari upaya Omah Munir untuk terus mendorong dialog yang konstruktif pada isu-isu HAM, dan mengembangkan pendidikan HAM bagi generasi muda.
Melalui lomba debat, Omah Munir ingin mengajak para pemuda memperdalam pengetahuan dan mengasah wawasan baru dalam berbagai isu dan perdebatan seputar pemenuhan HAM. Selain itu, mendikusikan HAM secara fundamental juga mempengaruhi cara pandang seseorang dalam melihat masalah, sehingga diharapkan mempunyai keberpihakan terhadap yang lemah yang rentan pada pelanggaran HAM.
Dalam membangun demokrasi yang bermutu, diperlukan debat yang konstruktif, dengan memegang prinsip-prinsip penghormatan terhadap HAM, bukan ujaran kebencian bernuansa SARA yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Puluhan anak-anak muda akan berdebat, beradu argumen, melatih nalar kritis, memperdalam data dan menguak fakta. Masing-masing sekolah terdiri dari empat orang peserta yang terdiri dari: SMK Negeri 3 Malang, SMA Muhamadiyah 1, SMA Brawijaya Smart School, SMA Surya Buana, SMA Negeri 4 Malang, SMA Diponegoro Tumpang, MAN I Malang, dan SMA Negeri 6 Malang.
“Dalam tema Menyimak Munir, Mendalami HAM ini kami mengajak para siswa untuk membangun nalar kritis dan budaya kritis. Salah satunya memahami lebih jauh siapa itu Munir? Prinsip-prinsip dasar kemanusiaan (HAM) seperti apa yang dipegang dan perjuangkan oleh almarhum? Bagaimana kelanjutan kasusnya? Dan tentu saja untuk mengetahuinya dibutuhkan penelusuran yang dalam, luas, serta bangunan argumen yang mumpuni,” ujar Suciwati.
Sejak tanggal 2 hingga 8 Desember 2006, mereka akan bersaing mendiskusikan sejumlah topik debat pro dan kontra. Pada babak penyisihan: 1.) Membawa Kasus Kejahatan Masa Lalu 1965 ke Mahkamah Internasional, Den Haag; 2) Rekonsiliasi Kasus Pelanggaran HAM Paska DOM Aceh Tahun 1998 – 2005; 3) Kenaikan Upah di Setiap Hari Buruh; dan 4) Pengadilan HAM bagi Kasus Penculikan Tahun 1997 – 1998.
Pada babak semifinal akan didiskusikan dua topik debat: Kriminalisasi Guru sebagai Resiko Penegakan Disiplin dalam Dunia Pendidikan dan Presiden Indonesia Harus Orang Indonesia Asli. Untuk topik debat babak final adalah Peninjauan Kembali Kasus Munir.
Selanjutnya penyerahan hadiah akan diisi dengan ceramah HAM bersama Usman Hamid (aktivis HAM), Herlambang (ahli hukum), serta pertunjukan seni: tari topeng Malangan, musik dan lain sebagainya.
Dewan juri debat akan diisi oleh Destriana Saraswati (Univ. Brawijaya), Harris El Mahdi (Omah Munir), dan Aji Prasetyo (Komikus). Pemandu debat terdiri dari Abdul Mu’id Aris Shofa (Univ. Brawijaya), Mifdal Zusron Alfaki (Univ. Brawijaya), Andhika Yudha Pratama (Univ. Negeri Malang), Widya Noventari (Univ. Wisnuwardhana), dan Septian Negara (Univ. Negeri Malang).
Jadwal Rangkaian Acara:
– 2 Des 2016, Rapat persiapan debat dan simulasi di Aula FIS Universitas Negeri Malang.
– 4 Des 2016, Babak Penyisihan Debat HAM dan Semifinal di Aula FIS Universitas Negeri Malang.
– 8 Des 2016, Babak Final, Penyerahan hadiah, Bincang HAM, Performance art,dll.
– 10 Des 2016, Aksi bersama peringatan hari HAM sedunia di Alun-alun Batu.
Lomba debat kali ini diselenggarakan Omah Munir dengan dukungan banyak sahabat Munir dan sejumlah mitra dari The Bodyshop Indonesia, Tifa Foundation, Lubis-Santosa & Maramis Law Firm, Imparsial, ISPI, dan BEM FIS Universitas Negeri Malang.
Kontak:
Sisco: 0857-5513-2683 | Heni: 0813-3432-8615
Email: omahmunir@gmailcom | Twitter @omahmunir | www.omahmunir.org |
*) Rilis ini dihasilkan oleh mitra dan jaringan Yayasan Tifa. Isi rilis diluar tanggung jawab Yayasan Tifa