Bencana alam menciptakan kesulitan dan krisis kemanusiaan yang kerap berujung pada migrasi dan perpindahan paksa di dalam dan di luar Asia Tenggara. Sebuah makalah pada tahun 2014 yang disusun oleh the Nansen Initiative Secretariat for the Southeast Asia Regional Consultation di Universitas Ateneo de Manila memperkirakan bahwa dalam lima tahun terakhir, 24.55 juta orang mengungsi di negara-negara Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Filipina. Mereka tercerabut dari tanah dan rumah mreka dan harus mengungsi sementara atau bermigrasi untuk mencari tempat tinggal dan pekerjaan baru.
Untuk merespon hal itu, pada tanggal 30 Mei 2018 pukul 18.00 – 19.30 di Bangkok Arts and Culture Centre (BACC), atas dukungan Yayasan Tifa, SEA Junction akan menyelenggarakan diskusi panel mengenai dampak degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan bencana alam terhadap perpindahan manusia (pengungsian, migrasi, dan relokasi terencana) di Asia Tenggara, sebuah wilayah yang paling banyak terpapar bencana baik secara tiba-tiba maupun tidak, seperti banjir, topan, gempa bumi, letusan gunung berapi, kekeringan, dan tanah longsor. Dalam diskusi ini, para panelis akan memaparkan penyebab, dinamika, dan besarnya perubahan iklim dan perpindahan paksa, serta membahas kerentanan masyarakat, adaptasi, ketahanan, dan keberlanjutan dalam konteks pengungsian. Para pembicara juga akan membincangkan kesiapan dan respon wilayah Asia Tenggara secara menyeluruh dalam menghadapi bencana dan mekanisme nasional dan regional untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada para pengungsi. Para pembicara juga akan mendiskusikan minimnya kerangka perlindungan di ASEAN dan global terhadap para pengungsi akibat perubahan iklim, serta berbagai langkah alternatif penyelesaiannya.
Diskusi panel ini akan diisi oleh akademisi dengan topik pembahasan berbeda dan dimoderatori oleh Rosalia Sciortino, Direktur SEA Junction dan Associate Professor di Universitas Mahidol. Andrea R. Torre, Peneiti dari Institute Lingkungan Stockholm, akan memaparkan tentang perubahan iklim yang menyebabkan pengungsian di Asia Tenggara. Rachmawati Husein, Asisten Profesor dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Penasihat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan membahas pengungsian akibat bencana di Indonesia. Dan, Emma Porio, Profesor Sosiologi di Universitas Ateneo de Manila dan Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan Sosial Filipina (PSSC), akan menjabarkan tentang komunitas pengungsi di Filipina.
Kegiatan ini merupakan bagian dari “Displaced and Uprooted Series”, kolaborasi antara SEA Junction dan Yayasan Tifa. Direktur Eksekutif Yayasan Tifa Darmawan Triwibowo mengatakan, kerja sama ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran serta memperluas wacana dan diskusi mengenai kondisi dan pengalaman para pengungsi dan pencari suaka di wilayah Asia Tenggara. Menurutnya, migrasi paksa adalah isu strategis di Asia Tenggara mengingat hal tersebut terjadi di banyak negara ASEAN, termasuk Indonesia.
“Wacana dan diskusi yang lebih luas di tingkat regional dibutuhkan karena pengaruh dinamika sosial politik ekonomi kawasan akan mempengaruhi solusi yang efektif untuk isu ini. Indonesia tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini sendirian karena kerangka kebijakan regional sangat dibutuhkan,” pungkas Darmawan.
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ini selengkapnya, silahkan kunjungi tautan berikut ini.