HAM Menjadi Gaya Hidup

 

omahmunir

 

8 Desember 2016. Dua belas tahun sudah sejak pejuang HAM Munir Said Thalib dibunuh di dalam pesawat menuju Amsterdam. Dua belas tahun berlalu dan tidak pernah jelas siapa sesungguhnya dalang dibalik pembunuhan Cak Munir.

Hari ini, genap pula tiga tahun Omah Munir berdiri. Omah Munir adalah museum Hak Asasi Manusia yang didirikan oleh Suciwati, istri Munir. Untuk terus menghidupkan perjuangan terhadap HAM dan melatih generasi muda yang sadar akan HAM, Omah Munir menyelenggarakan lomba debat HAM untuk siswa-siswi tingkat SMA/SMK di Malang. Lomba yang mengusung tema “Menyimak Munir, Mendalami HAM” ini berlangsung sejak 2 Desember lalu hingga acara puncak pada hari ini, 8 Desember 2016.

Antusiasme peserta ternyata luar biasa, mengingat para siswa sedang dalam masa ujian sekolah.

“Mereka dituntut untuk jeli menggali fakta dan kukuh berargumentasi. Sementara para siswa sekolah menengah ini adalah bukan orang yang tahu Munir, namun mereka menunjukkan kegigihan dan wawasannya tentang siapa Munir dan bagaimana penyelesaian kasusnya. Mestinya aparat yang menangani kasus Munir malu sama mereka,” ungkap Suciwati.

Dengan semakin meluasnya akses internet, generasi muda Indonesia terterpa infomasi sedemikian luas dan masif. Oleh karena itu, pengenalan HAM menjadi signifikan dan perlu diberikan kepada generasi muda Indonesia agar generasi ini tidak terjebak dalam arus informasi yang terlepas dari realitas sosial politik yang ada di Indonesia.

Dengan adanya terpaan terhadap pengertian dan seluk-beluk HAM, diharapkan generasi muda ini juga dapat menjadikan HAM sebagai ‘gaya hidup’ dan menjadikan Indonesia lebih bermartabat.

Lalu apa kesan para siswa yang mengikuti lomba debat ini? Simak lebih jauh dalam rilis* yang dikeluarkan Omah Munir dibawah ini.

 

*) Rilis ini merupakan publikasi dari mitra dan anggota jaringan Yayasan Tifa dan isinya diluar tanggung jawab Yayasan Tifa

 

PRESS RELEASE

Menyimak Munir, Mendalami Hak Asasi Manusia

Final Lomba Debat HAM untuk SMA/MA/SMK dan Bincang HAM

 

Hari ini, tepatnya 8 Desember 2016, genap 3 tahun Omah Munir. Sebagai sebuah museum, Omah Munir hadir menjadi media pembelajaran HAM. Sudah lebih dari ribuan pengunjung mendatangi Omah Munir mereka tidak hanya berkunjung tetapi memakai Omah Munir juga sebagai sarana diskusi dari banyak kalangan untuk bicara tentang HAM mulai dari anak SD sampai mahasiswa.

Sebagai upaya untuk terus mendesak penyelesaian kasus Munir dan menyebarkan nilai-nilai HAM, Omah Munir bersama dengan beberapa Sekolah Menengah Atas menyelenggarakan Lomba Debat bertema “Menyimak Munir, Mendalami HAM.” Kegiatan yang sudah berjalan sejak tanggal 2 Desember dan berakhir di tanggal 8 Desember adalah momentum penting untuk mendalami HAM lebih substantif. Yang patut untuk dibanggakan adalah kesediaan peserta yang antusias mengikuti lomba debat ini, meski ujian akhir semester di depan mata. Semangat kaum muda terlihat cukup tinggi dalam mempelajari HAM langsung pada media pro dan kontra.

Setelah melewati babak penyisihan dan semi final pada tanggal 4 Desember, debat HAM hari ini memasuki babak final. Dalam babak final kali ini (8/12), tema yang akan dibahas adalah ‘Penyelesaian Kasus Munir Melalui Persidangan Kembali’.

“Mereka dituntut untuk jeli menggali fakta dan kukuh berargumentasi. Sementara para siswa sekolah menengah ini adalah bukan orang yang tahu Munir, namun mereka menunjukkan kegigihan dan wawasannya tentang siapa Munir dan bagaimana penyelesaian kasusnya. Mestinya aparat yang menangani kasus Munir malu sama mereka,” ungkap Suciwati.

Antusias para peserta dicermati oleh para guru pendamping yang aktif menyemangati siswa mereka dalam lomba debat HAM ini: “Melihat mereka (siswa siswi) berdebat seperti melihat Munir terlahir kembali, karena semangat mereka sama seperti perjuangan Munir.”

Intan Cahyaning Handoyo,S.Pd (Guru Sejarah Pendamping SMAN 4 Kota Malang).

“Mengikuti lomba ini membuka pikiran dan semangat anak-anak untuk lebih kritis dan jeli melihat permasalahan. Melalui semangat mereka merupakan cerminan yang nyata untuk masa depan Indonesia yangg lebih baik.” Nadhiya A. Anggraeni, S. Pd (Guru SMAN 6 Kota Malang).

Penyerahan hadiah bagi SMA pemenang akan dilakukan dalam acara puncak peringatan 3 tahun museum HAM Omah Munir. Acara puncak akan diisi Bincang HAM bersama Usman Hamid (mantan sekretaris TPF Munir dan Direktur Change.org) dan Herlambang Perdana (ahli hukum dan dosen Universitas Airlangga), pertunjukkan musik dan tari topeng Malang.

Mendalami HAM bukan hanya sekedar membaca namun harus berada dekat dengan apa yang menjadi permasalahan yang muncul sebagai sebuah dialektika. Anak muda adalah harapan Indonesia lebih bermartabat ketika mereka menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.  Kepada merekalah roda kepemimpinan diserahkan. Semoga dengan menjadikan Hak Asasi Manusia sebagai ‘gaya hidup’ membuat Indonesia lebih bermartabat.

Kontak: Sisco: 0857-5513-2683 Heni: 0813-3432-8615

Email: omahmunir@gmailcom | Twitter @omahmunir | www.omahmunir.org