Anak Muda dan Harapan

Oleh: Haris El Mahdi*

Foto: Diambil dari malangtoday.net
Foto: Diambil dari malangtoday.net

Tiga hal yang paling layak dicintai sebagai manusia adalah: menjadi muda, berkumpul dengan orang-orang muda, dan mendengarkan mimpi-mimpi kaum muda tentang bangsanya. Muda dan kemudaan adalah dua hal yang saling berkelindan dalam menggerakkan roda sejarah. Di tangan kaum muda dan mereka yang berjiwa muda-lah masa depan sebuah bangsa dipertaruhkan.

Dan, hari ini. 4 Desember 2016, Omah Munir, dalam rangka milad ke 3, menggelar babak penyisihan dan semifinal lomba debat HAM tingkat SMA/MAN/SMK. Kegiatan ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Melalui lomba debat ini, Omah Munir mengajak kaum muda untuk menarasikan Indonesia masa depan yang nihil pelanggaran HAM. Indonesia masa depan yang memposisikan manusia sebagai subyek pembangunan, bukan manusia yang menjadi korban-korban pembangunan.

Lebih jauh, lomba debat ini juga sebagai upaya Omah Munir memperbaiki kualitas literasi kaum muda, terutama di tingkat SMA. Patut dicatat, hasil riset dari Connecticut University, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang diriset, berkaitan dengan tingkat literasi. Indonesia berada nomor dua dari bawah, hanya lebih baik dari Botswana.

Rendahnya tingkat literasi itulah yang menjadi alasan mengapa orang-orang Indonesia lebih suka berdebat dengan menggunakan nalar dangkal dan emosional ketimbang debat yang jernih untuk mencari titik temu, bukan titik tengkar.

Inilah yang membedakan antara debat dengan panduan literasi dengan debat kusir belaka. Debat berbasis literasi, dalam kadar yang paripurna, akan mengirim sebuah masyarakat atau bangsa menuju demokrasi deliberatif, meminjam istilah Habermas.

Satu catatan penting dari saya, saat menjadi juri lomba debat HAM tingkat SMA/MAN/SMK, adalah bahwa masa depan Indonesia masih sangat cerah. Anak-anak muda Indonesia mempunyai potensi luar biasa untuk teguh membawa obor harapan.

Mereka, anak-anak muda itu, tidak saja cerdas tetapi juga mempunyai etika, sportifitas, dan hati nurani. Mereka juga mempunyai gairah yang kuat untuk belajar dan terus belajar mendalami HAM.

Hari ini, saya melihat optimisme Indonesia masa depan. Indonesia yang surplus negarawan.

Untuk melihat pemberitaan mengenai penyelenggaraan lomba debat HAM yang diselenggarakan Omah Munir, klik tautan di bawah ini:

*) Haris El Mahdi adalah seorang aktivis HAM dan pegiat Omah Munir, salah satu mitra Yayasan Tifa. Tulisan ini merupakan pandangan personal penulis dan tidak serta-merta mewakili pandangan Yayasan Tifa secara institusi